Selasa, 06 Juli 2010

mendewasa part 2

ini sambungan
silahkan dibaca episode sebelumnya di kisah 1

***
Tekanan psikologis macam pandangan orang perihal IPK sering banget nih menggoyahkan pikiran. Dimana-mana yang penting penilaian orang terhdap kita, gitu sih bahasanya. Tapi sebenarnya ini menyangkut beraninya kit adalam melawan arus. Misalnya dengan perumpamaan yang dijelaskan oleh Kajur saya, mengenai orang-orang yang tricky..yaaah istilahnya melakukan apapun biar transkrip nilai minimal cuma ada huruf B. Tapi sebenarnya yang penting kan bagaimana proses kita mendapatkan nilai B. Sebenarnya kita paham nggak sih sama materi kuliah yang disampein, sebenarnya kita bisa nggak sih mempertanggungjawabkan apa yang udah kita terima selama ini. Oke memang label penting, tapi akan menjadi bumerang ketika label yang diberikan orang kepada kita tidak seperti kenyataannya. Bisa saja orang yang awalnya ,mencap kita baik akan berbalik menghina kita karena kita mengadakan penipuan terhadap diri kita sendiri dan tentu saja berimbas kepada orang lain.


Kitalah yang paling mengerti diri kita sendiri. Apakah kita mampu atau tidak. Disaat kira melakukan cara-cara curang untuk sekedar transkrip nilai ditambah mengorbankan teman sendiri, inilah yang mengaburkan pendapat kita tentang diri kita sendiri. Kita menjadi terjebak, apakah aku bisa atau tidak, karena terlebih dahulu kita telah berpikir bagaimana caranya meminta bantuan pada orang untuk mengangkat perolehan nilai kita. Akan bagus kalau kita dibantu dan mengerti, namun akan sangat konyol ketika kita dibantu tetapi kita hanya berada dalam sebatas meng-copy, dan tidak paham sama sekali apa yang orang bantu untuk kita.

Inilah point-nya.

Berulang kali saya terlibat pembicaraan dengan Kajur, yang saya tangkap adalah. semua perjuangan dan jatuh bangun yang kita lakukan selama kuliah itu akan berdampak pada diri kita sendiri. Apabila kita mengikuti prosesnya dengan benar, kita mungkin akan terlihat kurang selama menuntut ilmu, tapi yang kita dapat ketika usai menuntut ilmu adalah pengalaman dan kemampuan mengaplikasikan di lingkungan sekitar. Kita tidak hanya hidup di kampus kan, karena pelajaran yang berharga justru ketika kita sudah lepas dan keluar dari lingkungan kampus. Itulah dunia kita yang sebenarnya, dunia dimana kertas transkrip nilai akan menjadi nomor dua, yang penting disini adalah bagaimana kita bisa memposisikan diri dan menjual kemampuan kita yang sebenarnya, ini sering disebut dengan skill. Jika dalam penulisan transkrip nilai saja jalannya sudah tidak murni, bagaimana kita akan mujur di dunia kerja???

Bersambung.......

4 komentar:

  1. hey, mampir ya ke blog www.maybeamdreaming.blogspot.com
    follow juga ya :)

    BalasHapus
  2. iyup...thx sudah mampir.

    follow back juga ya..hehehhe

    salam kenal.

    BalasHapus
  3. aku suka yang ini///
    sbenernya slama aku kliah..
    aku sudah meperolok diriku sendiri,,
    berawal dari ketidak nyamanan ku di kampus..
    dengan pola dan lingkungan yang membuatku tersiksa..
    melihat pengajar yang hanya memebrikan foto copy power point,.
    mencantumkan buku yang sudah tidak terbit..
    dan lingkungan yang otaknya SANGAT EKONOMI banget...

    bersambung juga neh...

    BalasHapus
  4. yaaah kadang-kadang agak ngenes juga memikirkan masa depanku Gung...

    mau jadi apa akuu kalo lingkungan tempatku belajar malah membuat aku semakin malas belajar

    BalasHapus