Minggu, 22 Agustus 2010

Orang Kaya tidak Dilahirkan untuk menjadi TUKANG TALANG

Permasalahan utama tetep yang namanya uang.

***
Ini terjadi ketika saya memasuki masa sekolah menengah. Tiap memilih pengurus kelas selalu ada komentar seperti ini
"Pilih aja si anu, dia kan kaya. jadi bisa bayarin apa je keperluan kita"


sampe SMA juga begitu keadaannya, saya terbiasa melihat pemilihan pengurus mengandalkan apa yang dia miliki secara finansial bukan berdasarkan kemampuan. Malang sekali orang-orang miskin yang ada dalam lingkungan seperti ini, kapan mereka punya kesempatan.

Terus ketika saya kuliah, sepertinya hal semacam ini semakin akrab di telinga saya. Pernah dalam sebuah percakapan yang saya lupa dimana.

"Jangan sampe anak-anak tau kita lagi kesulitan uang......"
Kalimat itu ada lanjutannya tapi saya agak lupa, intinya masalah keuangan itu murni menjadi pikiran pengurus inti, anggota-anggota yang kecil nggak boleh tau biar nggak membebani. Awalnya saya hargai sekali niat yang sangat mulia ini, tapi belakangan saya mulai berpikir, malang sekali orang-orang teraniaya yang jadi pengurus inti, sampe masalah sefatal ini juga harus ditelan sendirian. Owke kalo anggota yang dimilikinya memiliki kepekaan yang tinggi, tapi kalo anggota yang dimikilinya memiliki kepekaan yang minim, pasti si pengurus cepet mati daah gara-gara diteror uang melulu. Kadang-kadang malah ada anggota yang nggak peduli organisasinya punya uang atau tidak, yang di otaknya mungkin cuma bagaimana caranya bisa dapet makan gratis di kegiatan organisasi (sumpaaah ini bener-bener ada sodara-sodara). Atau ada anggota yang masa bodo terus pergi seenaknya tanpa mikir tempat yang dia tinggalkan perlu dia untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan keuangan (yang tipe ini banyak banget).

Masalah lain, pernah saya ngobrol sama beberapa temen, topiknya kembali ke awal. Pilih pengurus yang kira-kira bisa menalangi kalo organisasi lagi cekak keuangan. Lalu dengan begitu suatu organisasi bisa berjalan dengan tenang tanpa harus mikirin uang. Saya rasa ini termasuk bentuk kemanjaan. Memang uang bisa melancarkan kehidupan organisasi, tapi tidak dengan shorcut seperti ini, lalu bagaimana dengan kualitas organisasi itu sendiri. Jika hal semacam ini terus dipertahankan, yang ada adalah pengurus organisasi sebagai tukang talang, bukan pencetus ide agar organisasi berjalan lebih kreatif.Gimana bisa berjuang, kalo ditalangin terus, tidak selamanya orang berduit mau menjadi tukang talang. Memangnya mereka kerbau dungu yang bisa disuap hany adengan selembaran SK atau sertifikat keanggotaan.

Kamis, 12 Agustus 2010

Silabus ITU PENTING...Bener Deh

Akhirnya tadi mengisi KRS di kampus..bersyukur punya PA yang sangat baik hati. Memberi bimbingan dan pencerahan sehingga otakku yang kadang plin-plan ini tau musti ngambil mata kuliah pilihan yang mana. Akhirnya diputuskan mengambil Farmasi Forensik dan Spesialite dan Alkes. FORENSIK. yap mencoba menjajal kembali bidang itu, meski nilai C untuk mata kuliah awal telah kudapatkan. Tapi memang ini harus kuambil. mencoba lagi.

tapi, kebingungan ini tentunya akan berlanjut semester depan, jika silabus kurikulum baru belum di tangan saya. Padahal ini penting sekali. T.T

Jumat, 06 Agustus 2010

Hanya harapan

Ada air mata lagi. 
Ada banyak hal yang seharusnya kita selesaikan, sebelum memutuskan untuk saling menutup buku. Mungkin aku terlihat terlalu mendramatisir keadaan, tapi keadaannya memang secara nyata demikian. Aku hanya ingin satu waktu menceritakan semuanya, bukan waktu untuk bercakap di telepon tapi waktu untuk bercakap secara langsung. Membiacarakan semuanya di hadapanmu. Ada banyak hal yang ingin kusampaikan, meski di bawah matahari yang begitu terik ataupun derasnya hujan. Aku sama sekali tidak peduli, aku hanya ingin bercerita semuanya, Tentang perasaanku selama berada di sisimu, entah itu sebagai sahabat terbaikmu atau bahkan orang yang paling kamu hindari. 

Kesalahanku adalah tidak berani menegaskan apa yang kumau. Kupikir dengan itu kita menjalani sesuatu dengan tanpa beban, tapi ternyata aku salah.Akhirnya aku akan berada dalam berpuluh-puluh episode cemas ketika kamu mulai menghilang. Bukan salahmu, karena kita bukan apa-apa. Kamu bukan siapa-siapa yang mengharukan aku untuk tau kamu sedang apa dan sedang berada dimana. Aku bukan seseorang yang berhak untuk menguntitmu. Namun, berkali-kali aku sudah berterus terang, aku tidak mau kamu menghilang lagi lalu muncul kemudian seperti tidak ada apa-apa sebelumnya. Itu hanya akan menambah luka yang sudah terlanjur menganga karena perasaan ditelantarkan *owke saya memang sangat mendramatisir. 

***
Ketika aku merasakan hujan yang sejuk dalam perjalananku, aku mendiskusikanmu bersama hujan. Masih sebesar apa rasa cintaku padamu, apakah sama seperti dahulu, apak mulai terkikis seperti hujan mengikis jalan yang kupijak dengan perlahan. Dalam hujan gerimis yang membasahi tanah kering ini perlahan, aku mencari aromamu untuk mengobati rindu yang tak ingin kusampaikan padamu, rindu yang tertahan. Rindu yang harus kusimpan karena aku masih tersesat dalam hutan yang kamu ciptakan untukku, sementara aku menciptakan tanah lapang untukmu, tanah yang dengan mudah bisa kau jelajahi dan paham betul isinya. Sementara aku, aku harus menemui banyak persimpangan di hutanmu. Seperti inikah persembahanmu untukku?

Aku tidak sedang meromantiskan perjalananku denganmu. Tapi aku merasa sangat tidak mengenalamu. Aku terima-terima saja ketika kamu katakan kita dekat. Namun akU tetap merasa asing, bahwa aku sama sekali tidak pernah bisa memahamimu. Yang ingin kukatakan padamu ..

"Bisakah kita bersikap dari nol lagi. Jika kita akhirnya bertemu kembali, berpura-puralah untuk tidak mengenalku. Aku ingin menghapus semuanya tentangmu, lalu hanya menunggu sesuatu mempertemukan kita lagi, dan memulai untuk saling bertanya siapa nama masing-masing."

Selasa, 03 Agustus 2010

Rindu Masa Kecil

Tadi sepulang main-main nggak jelas sama kawan lama, di ruang tamu tergeletak foto album.

Waah ternyata ini album masa kecilku, ketika aku baru lahir sampe aku harus siap-siap meninggalkan tempat kelahiran menuju Pulau Dewata tercinta, yup aku lahir di luar Bali, Bengkulu.

Rasanya aku ingin kembali ke masa kecil.

Menyenangkan rasanya menjadi anak kecil yang tidak harus memikirkan besok mau ngapain, apakah besok temanku akan menyakitiku atau tidak, apakah temanku yang egois masih seperti itu atau tidak, atau apakah besok ada kuis dari dosen atau tidak. Masa kecil, masa ketika mengikuti hidup dengan alami.

Tentang Hubungan yang Menggantung

Ini lanjutan dari fase Romantis Tragis.




Setelah sekian lama menjadi orang yang tidak beruntung karena terlalu pendiam, akhirnya ketika SMP aku punya sahabat cewek. Rasanya menyenangkan bisa berbagi sama dia, tapi yaah namanya juga anak SMP apa sih sensasi emosional yang bisa dibagi kala itu, jadi semuanya berlalu begitu saja *aku nggak pernah bilang sama dia aku pernah naksir temen sekelas kita kala itu, sampe sekarang. hahaha biarlah itu menjadi rahasia kecil yang nggak penting.

Senin, 02 Agustus 2010

Romantis Tragis

Ini kusebut sebagai fase romantis tragis di dalam hidupku.


Aku sering jatuh cinta tiba-tiba pada orang yang terduga, tapi akan ada kesempatan untuk orang yang sangat spesial untuk menduduki ruang perasaanku bertahun-tahun lamanya. Aku menyadari itu, ketika aku mulai jatuh cinta untuk pertama kalinya di bangku SMP. Sebut saja dia Dwi, perasaan yang lebih itu bertahan hingga aku duduk di bangku SMA, meski tak pernah kuungkapkan tapi aku cukup senang. maksud cukup disini di luar perasaan kecewa karena dia hanya menganggap aku teman biasa dan lebih memilih temanku ketimbang aku yang selalu peduli dengannya *owke, dulu saya perhitungan sekali dengan jasa.