Selasa, 03 Agustus 2010

Tentang Hubungan yang Menggantung

Ini lanjutan dari fase Romantis Tragis.




Setelah sekian lama menjadi orang yang tidak beruntung karena terlalu pendiam, akhirnya ketika SMP aku punya sahabat cewek. Rasanya menyenangkan bisa berbagi sama dia, tapi yaah namanya juga anak SMP apa sih sensasi emosional yang bisa dibagi kala itu, jadi semuanya berlalu begitu saja *aku nggak pernah bilang sama dia aku pernah naksir temen sekelas kita kala itu, sampe sekarang. hahaha biarlah itu menjadi rahasia kecil yang nggak penting.


 Hal yang menyenangkan adalah ketika aku dan sahabatku akhirnya diterima di sekolah yang sama ketika SMA, waaah senangnya, walaupun tidak sekelas di awal, tapi akhirnya sekelas juga ketika penjurusan. Yeeea i'm happy. Intinya, aku senang akhirnya bisa membagi sesuatu padanya, tapi lagi-lagi aku tidak bisa berbagi perasaan paling emosional yang kurasakan kepada laki-laki, karena rasanya aneh. 

***
Ini tentang sahabatku yang lain yang kutemukan dalam keadaan tak baik. Sebut saja laki-laki ini dengan nama Bejo. Hubunganku dengan si Bejo berjalan dengan mulus, tidak ada permasalahan yang berarti ketika kita berteman, yang ada hanyalah keisengan2 masing-masing, dan aku yang lebih banyak bercerita tentang aku dan masalahku. Bejo nyaman untuk diajak ngobrol. Bejo menyenangkan. Bahkan ketika dia sedang ada masalah, dia masih memberiku kesempatan  untuk bercerita. Pokoknya aku sayang Bejo, seperti menyayangi sahabatku yang lain. 


Mungkin ini akan menjadi kisah klise yang membosankan. Ketika akhirnya aku, Bejo, Bunga (Sahabat Cewekku), dan temen2 yang lain akhirnya memutuskan jalan masing-masing. Jalan yang menjadi pilihan ketika masa putih abu telah usai, aku berkutat dengan Farmasi, Bejo dengan kuliahnya, Bunga dengan pekerjaannya, dan teman-temanku yang lain dengan bidang ilmu masing-masing. Aku kehilangan Bejo dan Bunga, aku merasa kaget dengan masa transisi antara SMA ke masa kuliah. Aku merasa sendirian di tempat yang akan menjadi tempat tinggalku selama menuntut ilmu. Aku melupakan Bejo, tidak menghubunginya dalam waktu lama, lain dengan Bunga yang masih kuajak berbagi keluh kesah. 


Setelah hampis satu bulan aku mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, Bejo meneleponku. Curhat panjang. Ini jarang terjadi, mengingat dulu terakhir aku menghubunginya, dia masih bingung tentang kuliahnya, ada beberapa tes yang dia ikuti dan gagal. Aku tidak tahu akhirnya dia kuliah dimana hingga dia menelepon. Setelah itu semuanya berjalan seperti semula, aku mulai jarang bercerita dengan Bunga, Bejo kembali menjadi temanku berbagi beban (tidak melupakan Bunga, aku tau dia sibuk dengan pekerjaan barunya). 


Inilah kekeliruanku yang fatal, aku membiarkan perasaanku berkembang. Aku terikat emosi yang tidak seharusnya dengan Bejo, setelah kutelaah, perasaan ini berkembang ketika masa-masa terakhir aku duduk di bangku SMA. Yah, aku menyayanginy alebih dari sekedar sahabat. (Ohhh Bejo, maafkan aku).
Meskipun begitu aku masih bisa menjaga semuanya, meski semua akhirnya kuceritakan kepada Bungam dan tentu saja kuungkapkan kepada Bejo, kami tidak berubah. Ketika kungkapkan semunya Bejo hanya bilang terima kasih, dan aku senang kala itu, tidak harus memikirkan kecanggungan yang terbentuk ketika akhirnya bertemu lagi dengan Bejo. Semuanya berjalan seperti semula. Hanya saja aku berpikir, mengapa semuanya jadi GANTUNG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar