Senin, 31 Januari 2011

"Perasaan itu seperti bermain jungkat-jungkit"

"i hate you!" 

Tidak bermaksud mengawali postingan dengan nada benci atau bahkan disebut kasar dan kekanakan. 
Postingan ini khusus aku dedikasikan untuk orang-orang yang mungkin merasa tidak nyaman akan keberadaanku, aktivitas menulisku, atau bahkan aktivitas berbicara yang sering kulakukan ketika bersama mereka. 
Sangat jarang terjadi BENCI selamanya, begitu juga dengan SENANG selamanya. Mood manusia seperti timbangan yang berusaha menyeimbangkan tapi lebih sering berat sebelah, takarannya antara SENANG dan BENCI, dan karena dia timbangan jadi dapat berubah sesuai lingkungan yang mendudukinya. Seperti gambar di samping ini, permainan jungkat jungkit antara si SENANG dan si BENCI, jarang sekali bisa seimbang kecuali si SENANG dan si BENCI hilang, itu artinya kita nggak punya perasaan lagi dong, FLAT.

Okeee, basa-basinya mungkin kepanjangan, balik lagi ke rasa benci yang ditujukan untuk saya. Mungkin istilah benci terlalu keras, tapi apapun itu saya menyebutnya sebagai rasa tidak nyaman dengan segala aktivitas yang saya lakukan, baik itu tindakan, bahasa tubuh ketika bicara, gaya bicara, aktivitas menulis, atau yang lebih kejam ngeliat muka saya orang itu udah pengen misuh-misuh. 

Saya ini manusia biasa, tanpa kekuatan super yang bisa ngebaca dengan gamlang bahwa orang merasa tidak nyaman dengan saya. Biasanya kesadaran tentang ketidaknyamanan seseorang baru saya ketahui setelah mengadakan riset kecil-kecilan, itu pun kadang-kadang meleset. Nah, berdasarkan niat mulia untuk menjadi orang baik, sepertinya saya menemukan mengapa saya dibenci atu kadang-kadang orang merasa tidak nyaman ada di dekat saya. 
1. Saya mungkin terlalu sentimentil, dan karena bakat ini saya menjadi orang yang seakan-akan membesar-besarkan masalah yang sebenarnya simpel, atau memang keadaanya sangat mempengaruhi saya sehingga masalah simpel bisa saya anggap masalah super berat. Tunggu, ini bukan berarti saya lebay alay sampe nangis guling-guling, oke saya akui menangis itu saya lakukan tapi dalam konteks ketika saya sudah sangat tidak kuat untuk menghadapi tekanan bertubi-tubi. Ketika masalah sedang saya selesaikan, dan saya dituntut untuk segera, ini yang selalu  bikin saya sentimentil. Menangis, itu yang sering saya lakukan. 
2. Saya terlalu frontal atau dalam hal ini maksudnya adalah EMOSI, suka marah-marah ga jelas. Wah ini saya juga bingung kenapa begini adanya. Analisa saya ya, saya yang tidak bisa mengendalikan diri saya sendiri, sehingga suka meledak-ledak. Di samping itu bisa juga karena kecewa yang bertumpuk pada satu orang yang sama. Saya sering jadi korban perasaan saya sendiri, hanya karena kesulitan berterus terang, saya selalu berpikir orang ini bisa kok sadar tentang kesalahannya, dan saya terlalu berharap akan hal itu sehingga saya sering menumpuk rasa kecewa dan jadilah sebuah bola besar yang siap menghantam sewaktu-waktu. 

3. Kebalikan dari nomer 2, saya bisa jadi orang yang terlalu terus terang, hingga kadang-kadang saya terkesan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Padahal niat mulianya adalah menyadarkan atau memang benar-benar ingin jujur dengan seseorang. Selain untuk menyadarkan orang, keterusterangan saya karena tidak ada hal lain yang ingin saya sampaikan saat itu. Susah sekali menyampaikan niat mulia ini dengan benar tanpa membuat orang salah paham, saya jadi sering dikira cari masalah ato ngajak berantem. Padahal saya ini cinta damai. :((

Selain tiga di atas, saya tahu ada banyak hal yang membuat saya dibenci, saya sangat sadar bahwa saya adalah manusia yang kompleks tapi berusaha terlihat simpel. Saya punya banyak sisi, ketika saya bilang benci pada seseorang, itu tidak akan berlaku selamanya, akibat timbangan dalam perasaan saya, begitu juga sebaliknya, saya nggak mungkin bisa senang selamanya sama orang di sekitar saya. 

Saya teringat perbincangan menarik di akhir sebuah praktikum yang cukup menyenangkan di sela-sela hujan "Prinsipnya ria adalah, boleh deket sama orang, tapi ketika orang itu merugikan kita, maka kamu ngga akan berurusan lagi dengan orang itu." yaah kira-kira begitu dia bilang. Ada benarnya juga seperti itu, tapi saya juga nggak berprinsip ajeg kok, prinsip semacam itu berlaku sewaktu-waktu tergantung nyamannya hati saya. 

Waah, sepertinya di postingan ini saya narsis sekali menceritakan diri sendiri. Hehehe, tapi inilah tujuan saya bikin postingan, biar orang nggak salah paham lagi sama saya, biar orang juga ngerti kalo saya ini kompleks dan ngga selamanya jahat sama orang :((

Yup tulisan ini memang didedikasikan untuk orang-orang yang selama ini salah menilai saya, atau bahkan sudah terlanjur membenci saya. It's okey, no problemo. Seperti yang saya katakan kepada seorang teman, bahwa saya menilai orang berdasarkan kenyamanan saya, dan sangat jarang saya perlihatkan di hadapan orang-orang. 

_ree_

Minggu, 30 Januari 2011

"Itu bukan Buaya, Itu Iguana"

"rumah matahari dimana lara dan juga cinta bersemi, sepanjang tahun, bulan dan hari syukuri apa yang kau dapati, mari bergembira juga bernyanyi hingga tidur matahari"
 ***
Lagu itu dinyayikan dengan riang oleh anak-anak di rumah matahari. Settingan film UNTUK RENA yang kutonton lebih dari dua kali, dan tetap film itu memberi banyak pesan yang berharga. 
  Untuk Rena, film keluarga ini disutradarai oleh Riri Reza di bawah naungan Miles Production , aaah saya jadi teringat Petualangan Sherina. Film ini dirilis di pasaran pada tahun 2006
 Film ini memberikan warna kehangatan keluarga yang berbeda dengan ide cerita yang menarik. Tentang seorang Rena, gadis cilik yang menjadi panutan di antara adik-adiknya di rumah Matahari, sebuah rumah yang menampung anak-anak yatim piatu. Rena, yang diperankan oleh Maudy Ayunda beracting cukup apik meski ia merupakan pendatang baru dalam dunia perfilman kala itu. 
Rena, yang terbiasa bersama dengan adik-adiknya di rumah matahari merasa sangat kecewa ketika satu-per-satu adiknya diadopsi oleh keluarga yang tidak memiliki keturunan, hal ini membuat ia menghalalkan segala cara agar ia tidak kehilangan adiknya lagi, usaha terakhir yang ia lakukan bersama teman se-gengnya adalah dengan mengacaukan pertunjukan menyanyi di depan calon orang tua, ia dibantu adik kesayangannya HAMDANI yang diperankan oleh Raja Khalil Gibran *sumpah susah banget nemu profilnya* Hamdani melepas hamster peliharaannya di tengah kerumunan dan ada  berteriak "Tikuuuuus". Sontak paduan suara anak-anak itu menjadi kacau, salah seorang anak melompat ke arah calon orang tua, namanya Nana. Akhirnya karena peristiwa itu Nana-lah yang diadopsi setelah beberapa hari berlalu. 
Rena semakin kecewa, di tengah kekecewaannya datanglah seorang pria bernama Yudha (Surya Saputra) yang tiba-tiba sangat sering berkunjung ke rumah matahari dan menjalin kedekatan dengan anak-anak di rumah itu. Awalnya Rena mengadakan penolakan dengan sosok Om Yudha ini, Rena curiga akan ada adiknya yang diambil lagi, terutama Hamdani, karena Hamdani paling bungsu dan tentu saja paling menggemaskan.
Waktu berlalu, Om Yudha mampu mengambil hati Rena. Mereka jadi akrab dan seringmenghabiskan waktu bersama, tetapi ketika kenyataan memberi tahu Rena bahwa Om Yudha adalah ayah kandungnya. Kecewa yang besar menyelimuti Rena, dia tidak dapat menerima Yudha begitu saja, karena Yudha membuatnya menunggu. *selanjutnya tonton aja sendiri*
***
Untuk Rena, ngajarin aku banyak hal. Terutama pentingnya menjaga kebersamaan dengan keluarga. Keluarga disini bisa diganti dengan TEMAAAAAN. Sikap Rena yang nakal hanya sebuah upaya mempertahankan kebersamaan yang telah ia miliki.Ia tidak akan rela kehilangan adiknya satu demi satu meskipun demi pasangan yang tidak memiliki keturunan, karena itu berarti kebahagiaannya juga akan terenggut. Kebersamaan yang telah ia miliki selama ini akan hilang, karena ada yang hilang. Pesan lain yang aku dapet dari nonton film ini adalah, orang tua tetaplah orang tua, sejauh apapun usaha mereka untuk menghindar, mereka tetap orang tua kita. Mungkin perumpamaan ini sedikit agak aneh,mengingat biasanya seorang anaklah yang sering meninggalkan orang tua mereka, tapi dalam hal ini berlaku sebaliknya. 
Untuk Rena juga ngajarin aku bagaimana caranya bertanggung jawab atas semua kesalahan yang pernah kita perbuat, bahwa menghindari masalah bukan cara terbaik dalam hidup. Karena masalah yang kita hindari akan terus membayang-bayangi kita, menuntut untuk diselesaikan. 
Pesan yang paling aku tangkep dari film ini adalah, "ANAK KECIL ITU POLOS SEKALI" 
Aku langsung jatuh cinta pada sosok Hamdani di film ini, mungkin usianya baru 5 tahun, dan dia sangat menggemaskan. Apalagi di adegan-adegan terakhir ketika Rena sudah kembali bersama Yudha, ketika dia mengacau nyayian dengan IGUANA. Seseorang berteriak "Buaaayaaaa", lalu dia bilang "Itu bukan buaya, itu iguana" Menggemaskan sekali, dan aku berusaha mencari profil anak itu hingga sekarang. Aaah, mungkin dia ditakdirkan hanya terkenal sesaat saja, dan karena pengaruh nama aslinya yang nyerempet penyair terkenal dunia, jadi aku selalu gagal mendapatkan profil lengkapnya. Ooooh Hamdaniii. :(
Yaaks, inilah wajah si pemeran Rena setelah beberapa tahun berlalu. Tampak lebih rapih dan dewasa. Aah saya jadi ngefans sama si Maudy ini hehehe... :)
Film sejenis Untuk Rena ini sangat berguna untuk menggugah hati penontonnya, pesannya tersirat tapi membuat tersentuh, dan tentunya film ini lebih baik ditonton sama anak kecil, biar mereka ngga terjerumus. Aku sangat miris ketika kemarin jalan-jalan wisata kuliner, menemukan anak balita nonton pelem horornya si DP. Disamping karena aku sendiri penakut sehingga say big nooooo buat pelem horor, aku juga ngerasa prihatin sama tontonan anak jaman sekarang. Jadiiii, bapak produseeeer banyakin dong bikin pelem anak-anak yang mendidik seperti ini, seperti LASKAR PELANG, KING, dan lain-lain. 
_ree_

A Little Part Of Me

Iseng-iseng main ke blognya mbak CLARA 
Ikutan copas aaah. 

1. lagi apa ?
    ngetik
2. kenapa?

    musti jawab pertanyaan. kan musti diketik baru bisa dipost.
3. suka warna apa?
   Hitam, biru, merah, tapi pada dasarnya semua warna oke2 aja sih
4. nomer hp ?
    waah. banyak..
5. perasaan saat ini ?
   kangan seseorang
6. alasannya ?

Sabtu, 29 Januari 2011

Amatiran Talk About Love

Kata seorang teman "Cinta itu nggak sia-sia" 


Karena cinta itu nggak sia-sia, jadi semestinya kita menyimpan kenangan dan meneruskan hidup. Berjalan ke depan, dan melupakan kejadian yang dapat memanggil sakit hati.

***
"Jika kamu menganggapnya sia-sia, berarti itu bukan CINTA"

Hingga saya menuliskannya, saya tetap tidak  bisa memahami dan mendadak menjadi expert tentang CINTA. Di suatu kesempatan, ketika berbicang dengan beberapa wanita tetap mereka menganggap CINTA itu penuh dengan kepalsuan, dan lebih menyenangkan ketika sang kekasih berkata "Aku sayang kamu." ketimbang "Aku cinta kamu." Mereka tidak mendapat jiwa dari kalimat CINTA, mereka merasakan itu hanyalah kegombalan belaka, dan sang kekasih sedang ada maunya. Begitu hasil pengamatan saya tentang wanita yang lebih menilai bahwa SAYANG adalah tingkatan tertinggi kapasitas ketulusan seseorang. 


   Seperti kalimat yang ada di gambar di samping

"True love does not come by finding the perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly."